SYOK KARDIOGENIK
1. Pengertian (Definisi) :
Adalah sindrom klinik akibat gagal perfusi yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung; ditandai dengan nadi lemah, penurunan tekanan rerata arteri (MAP) <65 mmHg, peningkatan LVEDP ( >18 mmHg), dan penurunan curah jantung (CO <3,2 L/menit).
Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh sindrom koroner akut dan komplikasi mekanik yang ditimbulkannya (seperti ruptur chordae, rupture septum interventrikular (IVS), dan rupturdinding ventrikel), kelainan katup jantung, dan gagal jantung yang berat pada gangguan miokard lainnya.
Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh sindrom koroner akut dan komplikasi mekanik yang ditimbulkannya (seperti ruptur chordae, rupture septum interventrikular (IVS), dan rupturdinding ventrikel), kelainan katup jantung, dan gagal jantung yang berat pada gangguan miokard lainnya.
2. Anamnesis :
- Gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat
- Penurunan diuresis
- Dapat disertai keringat dingin
- Nadi lemah
- Gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat
- Penurunan diuresis
- Dapat disertai keringat dingin
- Nadi lemah
3. Pemeriksaan Fisik :
- Terdapat tanda-tanda hipoperfusi seperti (perabaan kulit ekstremitas dingin, takikardi, nadi lemah, hipotensi, bising usus berkurang, oliguria)
- Terdapat tanda-tanda peningkatan preload seperti JVP meningkat atau terdapat ronki basah di basal
- Profil hemodinamik basah dingin (wetand cold)
- Terdapat tanda-tanda hipoperfusi seperti (perabaan kulit ekstremitas dingin, takikardi, nadi lemah, hipotensi, bising usus berkurang, oliguria)
- Terdapat tanda-tanda peningkatan preload seperti JVP meningkat atau terdapat ronki basah di basal
- Profil hemodinamik basah dingin (wetand cold)
4. Kriteria Diagnosis :
1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. CO < 3,2 L/menitatau CI <2,2L/menit/m2
3. SVR meningkat pada fase awal, normal atau
menurun pada kondisi lanjut
4. Preload cukup atau meningkat
5. TAPSE <1,5 berdasarkan pemeriksaan echocardiografi
6. Diuresis <0,5 CC/KgBB/jam
2. CO < 3,2 L/menitatau CI <2,2L/menit/m2
3. SVR meningkat pada fase awal, normal atau
menurun pada kondisi lanjut
4. Preload cukup atau meningkat
5. TAPSE <1,5 berdasarkan pemeriksaan echocardiografi
6. Diuresis <0,5 CC/KgBB/jam
5. Diagnosis Kerja
Syok Kardiogenik (ICD 10: I 50.1)
6. Diagnosis Banding :
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Distributif
3. Syok Obstruktif
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Distributif
3. Syok Obstruktif
7. Pemeriksaan Penunjang :
1. EKG
2. Ekokardiografi
3. Hemodinamik monitoring invasive atau non invasif
4. Pemeriksaan analisa gas darah atau laktat
2. Ekokardiografi
3. Hemodinamik monitoring invasive atau non invasif
4. Pemeriksaan analisa gas darah atau laktat
8. Terapi :
Fase Akut di UGD atau ICVCU
a. Bedrest total
b. Lakukan resusitasi jantung jika terjadi cardiac arrest
c. Sedasi dengan midazolam, propofol atau morfin
d. Oksigen support (NRM atau CPAP, intubasi jikat erjadi gagal napas)
e. Pemasangan IVFD
f. Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradiaritmia atasi segera dengan pemberian preparat anti-arimia atau pemasangan pacu jantung, over drive atau kardioversi
g. Monitoring invasive atau non invasif untuk mengetahui status preload, SVR dan curah jantung (CO).
h. Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge 1-4 cc/kgBB/10 menit hingga dipastikan preload cukup.
i. Jika CO rendah dengan SVR tinggi namun MAP masih <70 mmHg maka diberikan preparat inotropiknon vasodilator (dobutamin) atau inodilator (milrinon). Pemasangan IABP harus direkomendasikan pada pasien syok dengan sindrom koroner akut.
j. Jika CO tinggi dengan SVR rendah maka diberikan preparat vasopressor seperti noradrenalin atau adrenalin atau dopamine.
k. Dopamin dosis rendah dapat diberikan pada kondisi oliguria.
l. Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangkan pemasangan IABP, ECMO atau LVAD sebagai bridging terapi definitif.
m. Terapi definitif seperti PCI, operasi penggantian katup, BMV (pada MS), urgent CABG harus segera dilakukan, atau transplantasi jantung bila memungkinkan.
n. Semua pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang CVCU.
a. Bedrest total
b. Lakukan resusitasi jantung jika terjadi cardiac arrest
c. Sedasi dengan midazolam, propofol atau morfin
d. Oksigen support (NRM atau CPAP, intubasi jikat erjadi gagal napas)
e. Pemasangan IVFD
f. Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradiaritmia atasi segera dengan pemberian preparat anti-arimia atau pemasangan pacu jantung, over drive atau kardioversi
g. Monitoring invasive atau non invasif untuk mengetahui status preload, SVR dan curah jantung (CO).
h. Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge 1-4 cc/kgBB/10 menit hingga dipastikan preload cukup.
i. Jika CO rendah dengan SVR tinggi namun MAP masih <70 mmHg maka diberikan preparat inotropiknon vasodilator (dobutamin) atau inodilator (milrinon). Pemasangan IABP harus direkomendasikan pada pasien syok dengan sindrom koroner akut.
j. Jika CO tinggi dengan SVR rendah maka diberikan preparat vasopressor seperti noradrenalin atau adrenalin atau dopamine.
k. Dopamin dosis rendah dapat diberikan pada kondisi oliguria.
l. Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangkan pemasangan IABP, ECMO atau LVAD sebagai bridging terapi definitif.
m. Terapi definitif seperti PCI, operasi penggantian katup, BMV (pada MS), urgent CABG harus segera dilakukan, atau transplantasi jantung bila memungkinkan.
n. Semua pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang CVCU.
9. Edukasi :
1. Edukasi gizi dan pola makan
2. Edukasi faktor risiko
3. Edukasi gaya hidupsehat
4. Edukasi obat-obatan
2. Edukasi faktor risiko
3. Edukasi gaya hidupsehat
4. Edukasi obat-obatan
10. Prognosis :
Mortalitas 55-65 %
11. Indikator Medis :